Pages

Minggu, 11 Maret 2012


Seseorang yang memenuhi hatinya dengan kebencian , permusuhan dendam, iri hati, dan kesombongan , pada dasarnya mereka telah menghancurkan fitrah damai dalam dirinya sendiri . mereka telah mengubah fitrah positifnya menjadi energy negative yang merusak dan menganiaya diri sendiri. ( dzalimun linafsihi )
Selanjutnya, ketika dirinya sendiri telah rusak , energy neggatifnya merangsek keluar dalam wujud kata-kata kasar dan menyakitkan , wajah yang galak dan menakutkan , serta perilaku onar dan menyebalkan.
Sebenarnya , setiap hati manusia menolak perselisihan , konflik dan perang. Tak ada satu orang pun di muka bumi ini yang merasa nyaman berada dalam suasana konflik , termasuk tentara yang secara professional disiapkan untuk berperang.
Jika damai itu merupakan fitrah , lalu mengapa hingga hari ini perang antar Negara masih terjadi ? mengapa konflik antar suku masiih marak di mana-mana?

Lihatlah dimana-mana , di belahan muka bumi masih marak terjadi pembunuhan atas nama agama , atas nama bangsa, atas nama suku, atas nama kelompok, atau golongan , bahkan atas nama kehormatan diri dan kehormatan keluarga.
Ego diri dan ego kelompok sering kali menutup dan mengubur dalam-dalam potensi (fitrah) damai dalam diri kita, sehingga sifat “salam“ tak lagi muncul manakala diharapkan kedatanganya.
Kesombongan yang dibungkus dengan bebagai alasan yang masuk akal , ambisi yang dikemas dengan sangat rapi , dan’kepentingan” (egoisme pribadi  dan kelompok) ditampilkan dalam bentuk”demi kehormatan diri,demi kehormatan kelompok demi,demi dan demi yang lain, sering kali menyumbat rapat-rapat fitrah damai.
Akibatnya yang keluar justru keinginan untuk menguasai , menaklukan dan mengalahkan , jauh lebih kuat dan lebih menentukan.
Itulah sebabnya menurut rosulullah ada tiga hal yang harus diwaspadai sebagaimana sabda beliau,
Ada tiga hal yang berpotensi merusak yaitu (1) hawa nafsu yang dituruti,(2) kekikiran yang ditata, dan (3) kebanggan diri. ( Riwayat Ath-Thabrani)
Sumber : Lembar Jum’at Al-Qalam


KEDAMAIAN


Pemancar kedamaian
Sebagai muslim kita seharusnya menjadikan salam sebagai prinsip hidup. Siapapun yang mendekat pada kita harus merasakan kadamaian dan kesejahteraan yang terpancar dari hati dan memantul melalui kata-kata serta perbuatan kita.
Semua makluk ALLAH SWT harus merasakan kebahagiaan sebagaimana kebahagiaan yang kita rasakan. Dalam sebuah hadist, Rosulullah SAW menegaskan : “ Allah tidak akan mencintai orang yang tidak mengasihi sesa,ma manusia.” ( Riwayat Bukhori )
Lebih lanjut beliau mempertegas sikapnya ; “ tiada beriman seorang dari kamu sehingga ia mencintai dirinya sendiri . .” ( Riwayat Bukhori )
Kedamaian adalah karakter., sikap, dan sifat orang-orang yang beriman. Mereka digambarkan dalam al-qur’an: hamba-hamba Allah yang rahman ialah mereka yang berjalan di muka bumi dengan rendah hati, dan apabila orang-orang jahil menyapa ( memperlakukan mereka dengan kejahilan ) mereka berkata ( bersikap ) salama ( yang mengandung keselamatan ) . ( al-furqon  25:63)ka.
Ketika kaum kafir sudah berada pada puncak permusuhannyakepada kaum muslimin , beberapa kali Rosulullah SAW didesak oleh para sahabat untuk melawan mereka dalam sebuah peperangan terbuka.
Akan tetapi rosulullah SAW tetap menahan mereka sampai ALLAH member izin perang kepada kaum muslimin. Kaum muslimin tidak pernah berinisiatif untuk berperang, tapi para musuh islam lah yang selalu memulai dengan provokasi , terror, dan intimidasi.
Sungguh dalam diri Rosulullah SAW tidak ada sedikitpun keinginan untuk bermusuhan , apalagi berperang. Dalam diri Rosulullah SAW tidak terdapat sifat dendam dan sakit hati. Beliau sebagaimana sabdanya : “ jibril As yang aku cintai menyuruhku agar aku bersikap lunak (toleran dan mengalah) terhadap orang lain.” ( riwayat ar-rabii)
Sebagai umat Muhammad SAW sekaligus pelanjut Risalahnya , wajib bagi kita untuk meneladani sifat dan sikapnya dalam mencintai kedamaian dan kasih sayang di muka bumi ini.