Stok sabar habis, kok bisa?
Ungkapan “kesabaran saya sudah habis” atau “ sabar itu ada batasnya,” seperti sudah menjadi temeng bagi segenap orang untuk melampiaskan nafsu amarah yang bercokol dalam diri mereka, atau minimal dijadikan alas an untuk mendapatkan pemakluman agar segala tindakannya yang membabi buta dibenarkan oleh orang lain.
Misalkan, seorang guru menghadapi murudnya atau orang tua menghadapi putra/putrinya yang susah diatur. Setelah dinasehati berkali-kali , namun tetap saja tidak ada perubahan , akhirnya terucaplah “kalimat ampuh” tersebut untuk bertindak kasar kepada mereka. “ kamu ini sudah dinasehati berkali-kali, masih saja bandel. Kesabaran saya sudah habis gara-gara kamu. Ingat kesabaran orang itu ada batasnya,” damprat mereka. Bahkan, tidak jarang setelah marah dengan verbal, diikuti pula dengan tindakan fisik.
Sekalipun dengan apa yang ditulis diatas hanyalah sebuah ilustrasi , namun realitasnya tidak sedikit orang telah mempraktekkannya . tidak hanya dalam menghadapi masalah keluarga, terhadap masalah sosial pun hal ini kerap terjadi.
Yang lebih membahayakan kalau kalimat-kalimat tersebut diarahkan kepada ALLAH . kadang kala ada orang yang merasa ALLAH telah menzaliminya dengan ujian yang dianggapnya telah berada diatas kemampuannya . yang memprihatikan , adegan semacam ini sering sekali menjadi tontonan masyarakat melalui film-film ataupun sinetron dilayar kaca.
Benarkah tindakan semacam ini ? bagaimana sikap yang benar dalam menyikapi suatu permasalahan / ujian agar justru mengundang rahmat ALLAH di dalamnya.
(artikel al-mannar)
0 komentar:
Posting Komentar